Kamis, 22 Desember 2016

pengaruh predator terhadap sebaran kerang totok




LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
PENGARUH PREDATOR TERHADAP SEBARAN KERANG TOTOK
(Polymesoda erosa)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGomd0XjONCqgmSsEGTnkdtvt-58RlU9_eMHE5v8QXqpSZxah7zNGw6gK63xEYSunhK8gESgChTgGV2IpzNRY86Af6q7kAY2G_GIpoSl_yVtPOP0TpIac0-4Fr5OHcvlC5xkIYhwFrlTo9/s1600/images.png

Disusun Oleh :

Nama               : Alan Angko Wijoyo
NIM                : L1C015025
Kelompok       : 4
Asisten            : Septiawan Adi N








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016

I.                  PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Segara anakan merupakan salah satu laguna terbesar di Pulau Jawa yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya. Diantara biota yang terdapat adalah kerang totok (Polymesoda erosa) yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Karena memiliki nilai ekonomis maka selalu di tangkap. Maka dari itu sangat tepat jika kerang tersebut dipelajari ekologis maupun biologisnya.
Hutan mangrove merupakan suatu komunitas pada pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Namun P.erosa merupakan kerang yang hidup didaerah berlumpur, diantara daun daun yang telah membusuk, dan di kolam yang terbentuk diantara daun daun mangrove (Morton dan Morton, 1983).Ekosistem ini tandai dengan tingginya keanekaragaman baik fauna atau flora yang saling bersimbiosis (Bengen, 2002).
Polymesoda erosa seperti halnya hewan dari kelas Bivalvea lainnya mempunyai kemampuan hidup di daerah intertidal karena memiliki kemampuan untuk mencegah kehilangan air. Kerang akan menutup rapat cangkangnya yang kedap air, sehingga air tidak keluar dari tubuhnya Muslih (2008). Kerang ini juga mempunyai kemampuan untuk membenamkan diri ke dalam substrat sebagai upaya mengindarkan diri dari predator dan untuk mencari tempat yang lebih lembab.
1.2              Tujuan
Mengetahui pengaruh predator pada sebaran Kerang totok (Pelemysoda erosa).












II.               MATERI DAN METODE
2.1              Materi
2.1.1        Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah ember bertutup,plastik, kertas label dan jangka sorong.
2.1.2        Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kerang totok (Pelymesoda erosa) .
2.2              Metode
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Hand Sorting. Pengambilan sampel dilakukan di 3 stasiun wilayah yaitu di daerah terbuka, dimana tidak vegetasi mangrove, tertutup, dimana dilakukan di sungai, dan di mangrove.
2.2.1        Prosedur Kerja
Rounded Rectangle: Setelah pencarian selesai, kerang totok diukur lebarnyaRounded Rectangle: Kerang totok dimasukan dalam plastik dan diberi tanda dengan labelRounded Rectangle: Kerang totok dikumpulkan (terbuka,tertutup,sungai)           
























Rounded Rectangle: Data dimasukan dalam tabel
Rounded Rectangle: Tebal kerang totok bagian dalam di ukur







 










2.3              Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu pada tanggal  1 Oktober 2016 di Segara Anakan






III.           HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1              Hasil

Tabel 1. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 1
 





























Tabel 2. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 2
 


































Tabel 3. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok  3


 

































Tabel 4. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 4


 

































Tabel 5. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 5


 

































Tabel 6. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 6
 

































Tabel 7. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 7


 

































Tabel 8. Pengukuran Kerang Totok (Polymesoda erosa)  kelompok 8


 
































3.2              Pembahasan
     

   

      

     

Kurva di atas menujukan lebar,tebal,lebar/tebal kerang totok yang ada di segara anakan di daerah terbuka,tertutup dan sungai. Data di atas berbeda-beda karena sesuai dari tempat mengambilnya
Menurut Nybakken  (1988)  bahwa  Kerang  yang hidup pada tempat terbuka memiliki ukuran lebar dan tebal cangkang yang lebih besar dibandingkan dengan Kerang yang hidup pada tempat tertutup. Dari hal tersebut dapat diasumsikan semakin besar dan tebal ukuran cangkang maka kemungkinan untuk dimangsa predatornya rendah.
Mean Lebar/Tebal pada kerang totok pada wilayah terbuka adalah  28,97 dan pada daerah yang tertutup adalah  29,55.  Perbedan tebal cangkang dan lebar karapas ini dapat diasumsikan sebagai adaptasi morfologi kerang totok dalam menghadapi adanya predasi.Menurut Wood dan Bain (1995), bahwa terdapat hubungan antara morfologi suatu organisme dengan habitatnya, hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya salah satu bagian morfologis.




Klasifikasi kerang totok (Polymesoda erosa) menurut Jueg dan Zettler (2004) adalah sebagai berikut :
 Kingdom     : Animalia
       Phylum             : Mollusca
         Kelas                : Bivalvia
             Ordo                 : Veneroidea
                 Famili               : Corbiculidae
                      Genus               : Polymesoda
                           Species             : Polymesoda erosa

Penyebaran  kerang totok disegara anakan  terlihat merata baik pada daerah yang bersalinitas  yang bersalinitas rendah maupun tinggi. Hal ini sesuai dengan Odum ( 1993 ) yang menyatakan bahwa penyebaran merata dapat terjadi jika persaingan antar individu sangat keras yang mendorong pembagian ruang sama. Kennish (1990 ) mengatakan bahwa keanekaragaman di daerah estuary biasanya rendah tetapa kepadatan organismenya yang ada bisa sangat tinggi. Kepadatan organisme yang tinggi baik antar spesies maupun sesame spesies itu menyebabkan adanya persaingan (1968) menjelaskan bahwa predasi bukan merupakan salah satu factor yang mengontrol kepadatan organism tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh kompetisi. Lebih lanjut Barnes dan Hughes (1988) menjelaskan bahwa kompetisi merupakan faktor untuk mempertahankan ekspansi yang terbatas, meskipun faktor fisik dan biologis dalam lingkungan dketahui berpengaruh langsung dan dapat menyebabkan berkurangnya jumlah individu dalam populasi.
Menurut Bayne (1976) bahwa kerang yang hidup di daerah empat musim tumbuh dengan cepat pada musim semi dan panas dimana suhu dan salitas perairan meningkat dmikian juga terhadap  P. erosa yang yang hidup di Segara Anakan pada salinitas tinggi dan lebih tinggi akan memiliki ukuran dan variasi ukuran lebih besar hal ini membuktikan bahwa pada daerah yang bersalinitas tinggi cocok untuk hidup P. erosa hal tersebut terlihat dari ukuran variasi ukuran yang lebih besar dari pada daerah yang bersalinitas rendah.
Pengamatan dilakukan  berhubungan  dengan  perbandingan tebal/lebar  antara  kerang  totok  (Polymesoda  erosa)  di  daerah  terbuka, tertutup, dan sungai.  Perbandingan  terkecil  tebal/lebar  kerang  totok didaerah  terbuka senilai  0,031 cm dari  kerang  yang  memiliki  tebal 0.170 cm  dan  lebar  5.550 cm.  Sedangkan  hasil  perbandingan  terkecil tebal/lebar kerang  totok  didaerah    tertutup  sebesar  0.019 cm dari  kerang  yang memiliki  tebal  0.150 cm  dan  lebar  7.750cm. Sedangkan  hasil  perbandingan  terkecil tebal/lebar kerang  totok  didaerah    sungai  sebesar  0.005 cm dari  kerang  yang memiliki  tebal  0.042 cm  dan  lebar  7.970 cm.
Menurut Sahirman (1997) kerang P. erosa adalah mollusca kawasan mangrove yang secara ekologi mempunyai nilai penting yang relatif rendah karena berkaitan dengan pola hidupnya yang soliter dan menyukai substrat yang berlumpur. Ukuran cangkangnya dapat mencapai 110 mm, bentuk lonjong bulat bagian posterior terpangkas pada induk dewasa dan tua, gigi engsel kuat, gigi cardinal tengah dan belakang pada cangkang kanan serta gigi cardinal tengah dan depan pada cangkang kiri bercabang, hidup di substrat berlumpur, amobil dan merupakan hewan makrobenthos yang menyaring makanan dengan sistim filter feeder.   
Pengambilan sampel dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu di tempat yang  di  tumbuhi  Mangrove  dan  di  tempat  terbuka  (hanya  sedikit  vegetasi). Predator diduga dapat mempengaruhi sebaran Kerang Totok (Polymesoda erosa) di  Segara  Anakan.  Kemungkinan  terbesar  adalah  di  tempat  tertutup  (terdapat Mangrove)  mengurangi  presentase  diburu  oleh  predator.  Sehingga  dapat  di asumsikan  Kerang  Totok  (Polymesoda  erosa)  pada  daerah  terbuka  memiliki cangkang yang lebih tebal sebagai bentuk adaptasi melawan predator. Odum (1993) yang menyatakan bahwa penyebaran merata terjadi jika persaingan antar individu sangat keras yang mendorong pembagian ruang hampir sama.  
Penyebaran  kerang totok disegara anakan  terlihat merata baik pada daerah yang bersalinitas  yang bersalinitas rendah maupun tinggi. Hal ini sesuai dengan Chatterji et al (2002) )yang menyatakan bahwa penyebaran merata dapat terjadi jika persaingan antar individu sangat keras yang mendorong pembagian ruang sama.
Dudley (2000 ) mengatakan bahwa keanekaragaman di daerah estuary biasanya rendah tetapa kepadatan organismenya yang ada bisa sangat tinggi. Kepadatan organisme yang tinggi baik antar spesies maupun sesame spesies itu menyebabkan adanya persaingan.  Morton (1984) menyebutkan bahwa hal yang menarik dari struktur populasi P. erosa dan P. expansa adalah bahwa kedua spesies ini relative jarang ditemukan pada stadium mudanya dengan ukuran cangkang yang masih kecil. Banyaknya kerang totok ditemukan didaerah mangrove dari pada jenis bivalvia lain diduga hanya jenis Geloina yang mampu beradaptasi pada daerah mangrove karena tingginya fluktuasi salinitas demikian juga lokoasi penelitian Segara Anakan.
Perbedan tebal cangkang dan lebar karapas ini dapat diasumsikan sebagai adaptasi morfologi kerang totok dalam menghadapi adanya predasi.Menurut Griffiths et al  (2004), bahwa terdapat hubungan antara morfologi suatu organisme dengan habitatnya, hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya salah satu bagian morfologis.                                          
































IV.       KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan
         Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kelimpahan, ukuran dan ketebalan cangkang kerang totok pada lahan terbuka,tertutup dan sungai menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kerang totok (Pelemysoda erosa) yang hidup di tempat tertutup  dan sungai memiliki cangkang yang lebih tebal dan lebih besar dibandingkan dengan kerang totok yang hidup di tempat terbuka. Hal tersebut dapat diartikan sebagai salah satu upaya menghindarkan diri dari predasi. Kepadatan kerang totok sebagian dipengaruhi predator, tetapi lebih dipengaruhi persaingan memperebutkan ruang dan makan.
4.2       Saran
 Jika masih ada yang kurang dalam laporan ini, mohon diberi petunjuk agar pada praktikum selanjutnya bisa lebih baik. Untuk mencapai praktikum yang lebih baik, waktu harus dipergunakan sebaik-baiknya serta keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek harus di perhatikan.
















DAFTAR PUSTAKA
Bayne, B.L. 1976. Marine mussels: Their ecology and physiology. Cambridge University Press. Cambridge. 351 p
Bengen D.G. 2002. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Indonesia
Hartati, R.I Widowato, dan Y. Ristiadi. 2005. Histologi Gonad Kerang Totok (Polymesoda erosa) dari Laguna Segara Anakan Cilacap. Ilmu Kelautan, Vol. 10 (3): 119-125
Jueg, U. & Zettler, M.L. (2004). Die Mollusca en fauna der Elbe in Mecklenburg-Vorpommern mit Erstnachweis der Grobgerippten Körbchenmuschel Corbicula fluminea (O. F. Müller 1756). Mitteilungen der NGM 4(1):85-89
Kennish, 1990. Ecology of estuaries. Vol 2: Biological aspects. CRC Press. New Jersey. USA. 391 p.
Muslih. 2006. Biologi Kerang Totok (Donax sp.). Jurusan Perikanan dan Kelautan FST Unsoed
Morton, B and Morton, J. 1983. The sea shore ecology of Hongkong.Hongkong University           Press. 77 – 86 pp.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia, Jakarta. Hal 205- 268.
Wood, B.M., and M.B..Bain. 1995. Morphology and Microhabitat Use in Stream Fish. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 52:1487-1498



Rabu, 02 November 2016

deskripsi tugas ke 2 ekoper



Nama    : ALAN ANGKO WIJOYO
Nim     : L1C015025
Program studI  : ILMU KELAUTAN 2015
Hasil gambar untuk ikan kakap merah
­­­LUTJANIDAE
Lutjanusargentimaculatus(ikan kakap merah)

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Sub filum        : Vertebrata
Kelas               : Pisces
Sub Kelas        : Teleostei
Ordo                : Percomorphi
Sub Ordo        : Perciodea
Famili              : Lutjanidae
Genus              : Lutjanus
Spesies            : Lutjanus argentimaculatus (Forsskal, 1775)

Sinonim
Lutjanus adetii (Castelnau, 1873);Lutjanus agennes(Bleeker, 1863);Lutjanus alexandrei(R. L. Moura&Lindeman, 2007);Lutjanus ambiguus (Poey, 1860);Lutjanus analis (Cuvier, 1828);Lutjanus apodus (Walbaum, 1792);Lutjanus aratus (Günther, 1864);Lutjanus argentimaculatus (Forsskål, 1775);Lutjanus argentiventris (W. K. H. Peters, 1869);Lutjanus bengalensis (Bloch, 1790);Lutjanus biguttatus (Valenciennes, 1830);Lutjanus bitaeniatus (Valenciennes, 1830);Lutjanus bohar (Forsskål, 1775);Lutjanus boutton (Lacépède, 1802);Lutjanus buccanella (Cuvier, 1828);Lutjanus campechanus (Poey, 1860);Lutjanus carponotatus (J. Richardson, 1842);Lutjanus coeruleolineatus (Rüppell, 1838);Lutjanus colorado(D. S. Jordan&C. H. Gilbert, 1882);Lutjanus cyanopterus (Cuvier, 1828);Lutjanus decussatus (Cuvier, 1828);Lutjanus dentatus (A. H. A. Duméril, 1861);Lutjanus dodecacanthoides (Bleeker, 1854);Lutjanus ehrenbergii (W. K. H. Peters, 1869);Lutjanus endecacanthus(Bleeker, 1863);Lutjanus erythropterus(Bloch, 1790) (Lutjanus fulviflamma (Forsskål, 1775);Lutjanus fulvus (J. R. Forster, 1801);Lutjanus fuscescens (Valenciennes, 1830);Lutjanus gibbus (Forsskål, 1775);Lutjanus goldiei (W. J. Macleay, 1882);Lutjanus goreensis (Valenciennes, 1830);Lutjanus griseus (Linnaeus, 1758);Lutjanus guilcheri(Fourmanoir, 1959);Lutjanus guttatus (Steindachner, 1869);Lutjanus indicus(G. R. Allen, W. T. White&Erdmann);Lutjanus inermis (W. K. H. Peters, 1869);Lutjanus jocu (Bloch&J. G. Schneider, 1801);Lutjanus johnii (Bloch, 1792);Lutjanus jordani (C. H. Gilbert, 1898): Lutjanus kasmira (Forsskål, 1775);Lutjanus lemniscatus (Valenciennes, 1828);Lutjanus lunulatus (M. Park, 1797);Lutjanus lutjanus(Bloch, 1790);Lutjanus madras (Valenciennes, 1831);Lutjanus mahogoni (Cuvier, 1828);Lutjanus malabaricus (Bloch&J. G. Schneider, 1801);Lutjanus maxweberi(Popta, 1921);Lutjanus mizenkoi(G. R. Allen&Talbot, 1985);Lutjanus monostigma (Cuvier, 1828);Lutjanus notatus (Cuvier, 1828);Lutjanus novemfasciatus(T. N. Gill, 1862);Lutjanus octolineatus (Cuvier, 1828);Lutjanus ophuysenii (Bleeker, 1860);Lutjanus papuensis(G. R. Allen, W. T. White&Erdmann, 2013);Lutjanus peru (Nichols&R. C. Murphy, 1922);Lutjanus purpureus (Poey, 1866): Lutjanus quinquelineatus (Bloch, 1790);Lutjanus rivulatus (Cuvier, 1828);Lutjanus rufolineatus (Valenciennes, 1830);Lutjanus russellii (Bleeker, 1849);Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828);Lutjanus sapphirolineatus[4] ;Lutjanus sebae (Cuvier, 1816);Lutjanus semicinctus(Quoy&Gaimard, 1824);Lutjanus stellatus(Akazaki, 1983 );Lutjanus synagris (Linnaeus, 1758) (Lane snapper);Lutjanus timorensis (Quoy&Gaimard, 1824);Lutjanus viridis (Valenciennes, 1846);Lutjanus vitta (Quoy&Gaimard, 1824);Lutjanus vivanus (Cuvier, 1828);Lutjanus xanthopinnis(Iwatsuki, F. Tanaka&G. R. Allen, 2015)

Habitat
Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar[1]

Catatan
Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 41–51% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,2–25,2ºC. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputar-putar membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air.Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 15–20 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60–100 meter[5]

Diagnosis
Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm.[5] Ikan kakap merah menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan sebagainya.

Status IUCN
Not Evaluated

Distribusi
Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah ke utara mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta Filipina. Penyebaran arah ke selatan mencapai perairan tropis Australia, arah ke barat hingga Afrika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan arah ke Timur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik[2]

Distribusi Lokal
Daerah penyebaran kakap merah hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau.[3]

Status perundang-undangan
-

Referensi
1.      Baskoro. M. S,  I.W.Ronny, dan E.Arief. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.          Institut Pertanian Bogor, Bogor.
2.      Direktorat Jenderal Perikanan. 1983. Hasil Ealuasi Potensi Sumberdaya Hayati      Perikanan        di            Perairan Indonesia dan Perairan ZEE Indonesia.     DirektoratSumberdaya            Hayati.            Balai    Penelitian Perikanan Laut.      Departemen PertanianJakarta.
3.      Djamal R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan Kerapu            dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan      Bubu.Jurnal Penelitian
4.      Iwatsuki, Y., J.M,Al-Mamry. &P.C,Heemstra. (2016): Validity of a blue stripe       snapper,           Lutjanus octolineatusCuvier 1828 and a related species, L.      bengalensis (Bloch      1790)   with a new species (Pisces; Lutjanidae) from         the Arabian Sea. Zootaxa,       4098 (3): 511–528.
5.      Gunarso, Singgih D. 1995. Psikologis praktis Anak remaja dan keluarga, (Jakarta:
                                                              i.      PT. BPK. Gunung Mulia).