PRAKTIKUM
DASAR-DASAR INSTRUMENTASI KELAUTAN
ILMU
KELAUTAN[J1]
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Aulia Berlian Imani (L1C015006)
Alan Angko Wijoyo (L1C015025)
Lutfi Tri Hendriawan (L1C015031)
Samsul Alam (L1C015046)
Santanika Parahita Kirana (L1C015060)
Asisten : Muhammad Zakaria Febrianto S. Kel
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN[J2]
PURWOKERTO
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
DASAR-DASAR INSTRUMENTASI KELAUTAN
2016
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Aulia
Berlian Imani (L1C015006)
Alan
Angko Wijoyo (L1C015025)
Lutfi
Tri Hendriawan (L1C015031)
Samsul
Alam (L1C015046)
Santanika
Parahita Kirana (L1C015060)
Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi
mata kuliah Dasar-Dasar Instrumentasi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman
Diterima dan disetujui
Tanggal, 22 Juni 2016
|
|
Dosen Pengampu,
Drs. Setijanto, MSc. St.
NIP.
|
Asisten,
Muhammad Zakaria Febrianto S. Kel
|
BAB I
PENDAHULUAN
Sensor
merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah
sistem pengaturan otomatis. Biasanya besaran masukan pada kebanyakan sistem
kendali bukan merupakan besaran listrik. Umumnya besaran tersebut adalah
besaran fisik, kimia, mekanis dan sebagainya. Sensor merubah ke dalam besaran
listrik pada sistem, biasanya besaran-besaran tersebut diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut sensor dan
transduser.
Setiap
alat memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing, meskipun pada prinsipnya tidak
jauh berbeda. Tetapi ada juga alat yang memiliki fungsi yang sama hanya saja
berbeda jenisnya. Misalnya saja alat pengukur suhu. Banyak jenis alat ukur ini,
mulai dari suhu rendah, suhu tinggi, analog, dan digital. Bahkan alat pengukur
tersebut ada yang multifungsi. Dapat mengukur suhu dan sekaligus dengan
kelembapan. Sehingga lebih memahami sensor suhu, salinitas, dan pH maka
dilakukan praktikum ini.
1.2 Tujuan
Dapat
memahami sistem kerja dari sensor instrumentasi pada praktikum ini yaitu sensor
pH, sensor salinitas, dan sensor suhu.
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat
menggunakan dan mengetahui sensor instrumentasi yang digunakan yaitu sensor PH,
Salinitas dan Suhu.
BAB II
MATERI DAN
METODE
2.1
Materi
2.1.1
Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum Sistem Sensor Instrumentasi ini adalah akuarium
untuk wadah air, seperangkat mikrokontroler, sensor pH, sensor salinitas,
sensor termperatur, dan sensor kejernihan.
2.1.2
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
Sistem Sensor Instrumentasi ini adalah air keran, air kolam dan air sungai.
2.2
Metode
Tiga akuarium disiapkan, dan
masing-masing diisi dengan air keran, air kolam dan air sungai. Mikrokontroler
dinyalakan. Setelah siap, masing-masing sensor yaitu sensor suhu, sensor
salinitas, dan sensor pH dimasukkan ke dalam satu wadah yang telah diisi air
sungai. Layar LCD diamati. Pada layar LCD akan muncul nilai suhu, salinitas, pH
dan kejernihan dari air yang sedang diujikan, beserta waktu pengambilan nilai.
Waktu serta nilai tersebut dicatat dalam tabel pengamatan.
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Hasil
data Sabtu, 11 Juni 2016.
3.1.1
Air Keran
No.
|
Waktu
|
pH
|
Salinitas
|
Kejernihan
|
Suhu
|
1.
|
|
1,80
|
1,33
|
1,64
|
108
|
2.
|
15:01:42
|
1,78
|
1,31
|
1,65
|
105
|
3.
|
15:01:49
|
1,76
|
1,31
|
1,65
|
105
|
Rata-rata
|
1,78
|
1,31
|
1,64
|
106
|
3.1.2
Air Kolam
No.
|
Waktu
|
pH
|
Salinitas
|
Kejernihan
|
Suhu
|
1.
|
14:59:08
|
1,32
|
1,28
|
1,65
|
102
|
2.
|
14:59:14
|
1,32
|
1,29
|
1,64
|
105
|
3.
|
14:59:28
|
1,27
|
1,31
|
1,65
|
107
|
4.
|
14:59:35
|
1,20
|
1,37
|
1,64
|
114
|
5.
|
15:00:02
|
1,20
|
1,37
|
1,64
|
114
|
6.
|
15:00:09
|
1,29
|
1,38
|
1,64
|
115
|
Rata-rata
|
1,26
|
1,33
|
1,64
|
109,5
|
3.1.3
Air Sungai
No.
|
Waktu
|
pH
|
Salinitas
|
Kejernihan
|
Suhu
|
1.
|
14:51:52
|
1,29
|
0,92
|
1,64
|
50,8
|
2.
|
14:52:12
|
1,25
|
0,91
|
1,64
|
48,8
|
3.
|
14:52:19
|
1,27
|
0,91
|
1,66
|
48,3
|
4.
|
14:52:26
|
1,27
|
0,91
|
1,66
|
47,9
|
Rata-rata
|
1,27
|
0,91
|
1,65
|
48,95
|
3.2
Pembahasan
3.2.1
Pengertian Mikrokontroler
Mikrokontroler
adalah komputer mikro dalam satu chip tunggal. Mikrokontroler memadukan CPU,
ROM, RWM, I/O paralel, I/O seri, counter-timer, dan rangkaian clock
dalam satu chip seperti terlihat pada Gambar 2. Dengan kata lain,
mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan
keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara
khusus. Cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data.
Gambar: Blok
Diagram Mikrokontroler
Sama halnya
dengan mikroprosesor, mikrokontroler adalah piranti yang dirancang untuk
kebutuhan umum. Fungsi utama dari mikrokontroler adalah mengontrol kerja mesin
atau sistem menggunakan program yang disimpan pada sebuah ROM.
Mikrokontroler
merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan
elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiah
dapat disebut sebagai “pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik yang
sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan
CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh
mikrokontroler ini.
Mikrokonktroler
digunakan dalam produk dan alat yang dikendalikan secara automatis, seperti
sistem kontrol mesin, remote control, mesin kantor, peralatan rumah
tangga, alat berat, dan mainan. Dengan mengurangi ukuran, biaya, dan konsumsi
tenaga dibandingkan desain menggunakan mikroprosesor memori dan alat input
output yang terpisah, kehadiran mikrokontroler membuat kontrol elektrik
untuk berbagai pro ses menjadi lebih ekonomis.
Untuk merancang sebuah sistem
berbasis mikrokontroler, kita memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak,
yaitu sistem minimum mikrokontroler, software pemrograman dan kompiler,
serta downloader. Yang dimaksud dengan sistem minimum adalah sebuah
rangkaian mikrokontroler yang sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah
aplikasi. Sebuah IC mikrokontroler tidak akan berarti bila hanya berdiri
sendiri. Pada dasarnya, sebuah sistem minimum mikrokontroler AVR memiliki
prinsip dasar yang sama dan terdiri dari 4 bagian, yaitu:
- prosesor, yaitu mikrokontroler itu sendiri,
- rangkaian reset agar mikrokontroler dapat menjalankan program mulai dari awal,
- rangkaian clock, yang digunakan untuk memberi detak pada CPU,
- rangkaian catu daya, yang digunakan untuk memberi sumberdaya.
Pada mikrokontroler jenis-jenis
tertentu (misalnya AVR), poin 2 dan 3 sudah tersedia di dalam mikrokontroler
tersebut dengan frekuensi yang telah diatur oleh produsen (umumnya
1MHz,2MHz,4MHz,dan 8MHz), sehingga pengguna tidak memerlukan rangkaian
tambahan. Namun bila pengguna ingin merancang sistem dengan spesifikasi
tertentu (misalnya komunikasi dengan PC atau handphone), maka pengguna
harus menggunakan rangkaian clock yang sesuai dengan karakteristik PC
atau HP tersebut, biasanya menggunakan kristal 11,0592 MHz, untuk menghasilkan
komunikasi yang sesuai dengan baud rate piranti yang dituju.
3.2.1.1
Komponen Mikrokontroler
Proses
pengecilan komponen terus berlangsung, semua komponen yang
diperlukan
guna membangun suatu kontroler dapat dikemas dalam satu keping. Maka
lahirlah
komputer keping tunggal (one chip microcomputer) atau disebut juga
mikrokontroler.
Mikrokontrolere adalah suatu IC dengan kepadatan yang sangat
tinggi,
dimana semua bagian yang diperlukan untuk suatu kontroler sudah dikemas
dalam
satu keping, biasanya terdiri dari:
1. CPU (Central
Processing Unit)
2. RAM (Random Access Memory)
3.
EEPROM/EPROM/PROM/ROM
4. I/O, Serial &
Parallel
5. Timer
6.
Interupt Controller
Gambar 1 menunjukkan
komponen-komponen dari suatu mikrokontroler yang mempunyai fasilitas lengkap
beserta peranti eksternal yang biasanya dihubungkan ke/dari mikrokontroler.
Tidak semua mikrokontroler mempunyai semua komponen tersebut, misalnya
konverter A/D dan D/A hanya terdapat pada beberapa jenis mikrokontroler
tertentu.
CPU (Central Processing Unit) pada
mikrokontroler berupa mikroprosesor yang berfungsi sebagai otak dari
mikrokontroler. Mikroprocessor adalah peranti yang berfungsi untuk memproses
data, yaitu berupa fungsi logika dan aritmatika.
Dalam suatu mikrokontroler biasanya
terdapat tiga buah memori, yaitu RAM, ROM dan EEPROM. RAM dan ROM hampir selalu
ada pada setiap mikrokontroler, sedangkan EEPROM hanya terdapat pada beberapa
jenis mikrokontroler tertentu. RAM digunakan sebagai penyimpan data sementara
yang berupa register-register. Register adalah tempat penyimpanan data yang
berkaitan dengan banyak hal, misalnya variabel dalam program, keadaan
input/output, serta pengaturan timer/counter dan komunikasi serial. Telah
disebutkan sebelumnya data pada RAM akan hilang saat catu daya dicabut.
ROM digunakan sebagai tempat
penyimpanan program. ROM yang banyak dipakai pada mikrokontroler saat ini
adalah flash PEROM (Programmable Erasable ROM), yang mirip seperti memori pada
flash disk, namun bedanya adalah flash PEROM hanya dapat dihapus dan ditulis
secara sekaligus. EEPROM biasanya digunakan untuk menyimpan data yang tidak
boleh hilang meski catu daya dihapus. Meski fungsinya mirip EEPROM biasanya
lebih sedikit digunakan dibanding RAM karena kecepatan akses EEPROM yang lebih
lambat. Contoh penggunaannya adalah penyimpanan data password. atau setting
suatu sistem.
Timer/counter adalah peranti untuk
mencacah sinyal dari clock ataupun sinyal dari suatu kejadian. Jika sinyal yang
dicacah berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pewaktu,
sedangkan jika berasal dari clock maka peranti ini berfungsi sebagai pencacah.
Pewaktu bisa digunakan untuk bermacam-macam kegunaan, misalnya untuk
menghasilkan tundaan waktu dan untuk mengukur selang waktu suatu proses.
Peranti antarmuka ke input/output
pada mikrokontroler disebut sebagai port. Pada satu port I/O digital terdiri
beberapa pin, biasanya berjumlah 8 atau satu byte, dengan masing-masing pin
dapat mentransfer satu bit data biner (logika 0 dan 1) dari/ke mikrokontroler.
Selain port I/O digital, pada suatu mikrokontroler juga dapat berkomunikasi
dengan peranti lain menggunakan komunikasi serial. Terdapat berbagai standar
atau protokol untuk komunikasi serial seperti SPI (Serial Peripherial
Interface), I2C (Inter-Integrated Circuit), 1-wire, 2-wire, UART (Universal Asynchronous
Receiver Transmitter) dan USART (Universal Synchronous- Asynchronous Receiver
Transmitter).
3.2.2
Pengertian Sensor
Pengertian sensor adalah komponen
atau perangkat yang tujuannya mendeteksi kejadian atau perubahan lingkungan
sekitarnya dan menghasilkan output sesuai fungsinya. Cara kerja sensor
dipengaruhi oleh tujuan dari sensor tersebut tetapi tetap mempunyai kesamaan
yaitu mendeteksi perubahan atau kejadian dilingkungan sekitarnya. Sensor
sendiri dalam dunia rangkaian elektronika mempunyai perkembangan yang cukup
pesat. Bahkan sampai saat ini sensor ada jenis sensor analog dan sensor
digital.
Pengertian sensor dalam sebuah
sistem elektronika, sebuah sirkuit harus bisa menerima suatu masukan misalnya
suara, getaran dan lain-lain yang akan diubah menjadi energi listrik dan proses
untuk menghasilkan sebuah keluaran atau output, biasanya komponen yang dipilih
untuk kondisi tersebut adalah sensor yang bisa mendeteksi atau merasakan
perubahan lingkungan sekitarnya seperti panas, perubahan posisi, sinyal
listrik, radiasi atau medan magnetik dan lain-lain, dalam sebuah sensor
biasanya ada komponen lain yan disebut actuator.
Secara fungsi sensor adlah komponen
masukan atau input dalam rangkaian elektronik yang bisa merasakan atau
mendeteksi perubahan lingkungan sekitar dan menghasilkan output sesuai
fungsinya, misalnya sensor temperatur/panas dan sensor tekanan, sensor jenis ini
mengubah inputannya menjadi sinyal listrik, sedangkan komponen yang
menghasilkan keluaran biasanya disebut actuator.
3.2.2.1
Sensor Suhu
Pengertian Sensor
Suhu dan Jenis-jenisnya – Sensor Suhu atau Temperature
Sensors adalah suatu komponen yang dapat mengubah besaran panas menjadi
besaran listrik sehingga dapat mendeteksi gejala perubahan suhu pada obyek
tertentu. Sensor suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin
yang dihasilkan oleh suatu obyek sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui
atau mendeteksi gejala perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output
Analog maupun Digital. Sensor Suhu juga merupakan dari keluarga Transduser.
3.2.2.2
Sensor Salinitas
Secara
umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit
luaran. CTD digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas,
tekanan, kedalaman, dan densitas.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
3.2.2.3
Sensor pH
Pada umumnya jenissensor pH yang banyak digunakan terbuat dari bahan
gelas yang
memiliki ukuran yang relatif besar, memilikitahanan dalam yang sangat besar
dalam orde Mega-Ohmdan mudah pecah bila terjatuh atau terbentur. Berbagaiusaha
telah dilakukan untuk miniaturisasi sensor pHdengan menggunakan teknologi
monolitik dan teknologifilm tanpa mengubah fungsinya agar dapat lebihmenghemat
ruang dan biaya.
pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat keasaman
atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika konsentrasi [H+]
lebih besar daripada [OH-], maka material tersebut bersifat asam, yaitu nilai
pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [OH-] lebih besar daripada [H+], maka
material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7.
Pengukuran pH secara kasar dapat menggunakan kertas indicator pH dengan mengamati perubahan warna pada level pH yang bervariasi.
Pengukuran pH secara kasar dapat menggunakan kertas indicator pH dengan mengamati perubahan warna pada level pH yang bervariasi.
3.2.3
Perbandingan Hasil
Dari nilai rata-rata air kolam yang
kami dapatkan, Yaitu nilai rata-rata pH sebesar 1,78,
nilai rata-rata salinitas sebesar 1,31, nilai rata-rata kejernihan sebesar 1,64
dan nilai rata-rata suhu sebesar 106oC.
Pada
air kolam, derajat keasaman menunjukkan aktifitas ion hydrogen dalam air. Makin tinggi
konsentrasi ion h+ maka air semakin asam(acid), ditunjukkan dengan PH <7,
Makin tinggi konsentrasi ion oh- maka air semakin basa (alkali),ditunjukkan
dengna PH >7. Air murni (neutral) ditunjukkan dengan PH = 7. Dalam kisaran
PH 6.5 – 9. Optimum pada kisaran PH 7 -8.5. Suhu air kolam sangat mempengaruhi
aktifitas dan nafus makan ikan budidaya.Suhu optimum untuk ikan budidaya adalah
28 – 32 derajat C. Yaitu
nilai rata-rata pH sebesar 1,26, nilai rata-rata salinitas sebesar 1,33, nilai
rata-rata kejernihan[J3]
sebesar 1,64 dan nilai rata-rata suhu sebesar 109,5oC.
Pada air keran, Perairan
tawar alami hampir tidak memiliki pH > 9 sehingga tidak ditemukan karbon
dalam bentuk karbonat. Pada air tanah, kandungan karbonat biasanya sekitar 10
mg/L karena sifat tanah yang cenderung alkalis. Perairan yang memiliki kadar
sodium tinggi mengandung karbonat sekitar 50 mg/L. Perairan tawar alami yang
memiliki pH 7 – 8 biasanya mengandung ion karbonat < 500 mg/L dan hampir
tidak pernah kurang dari 25 mg/L. Ion ini mendominasi sekitar 60 – 90% bentuk
karbon organik total di perairan (McNeeley, 1979 dalam Effendi, 2003).
Salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh adanya aliran air laut , dan daratan,
curah hujan, evaporasi dan pasang surut (Anggoro, 1984). Menurut Raymont (1963)
menyatakan tinggi rendahnya salinitas akan mempengaruhi tekanan osmose dimana
nantinya akan mempengaruhi metabolisme sel. Besar kecilnya salinitas yang
terjadi sangat menetukan sifat organisme akuatik yang ada terutama plankton
yang mempunyai sifat peka terhadap perubahan (Davis, 1955). Air kran, air
kolam, air hujan, termasuk pada parameter air tawar yaitu sebesar 0 ppt. Suhu
air keran (tap water), biasanya di bawah suhu tubuh, sekitar 27-33 oC.
rata-rata pH sebesar 1,27, nilai rata-rata salinitas sebesar 0,91, nilai
rata-rata kejernihan sebesar 1,65 dan nilai rata-rata suhu sebesar 48,95oC.
Air
sungai, salinitas
berkisar 25 mg/l. pH rata-rata pada perairan adalah 7.676667 mg/L. kisaran pH
tersebut masih berada dalam batas normal suatu perairan yang biasanya
netral atau bersifat basa. pH perairanyang besifat asam akan menganggu
kelangsungan hidup biota yang terdapat diperairan tersebut.
Ketiga
jenis air ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kejernihannya tidak terlampau jauh yaitu 1,64-1,65. Dalam
nilai rata-rata salinitas dan suhu, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata air
kolam dan air keran tidak terlampau jauh, yaitu 1,31-1,33 untuk salinitas dan
106-109,5 untuk suhu. Meskipun jika dibandingkan dengan nilai rata-rata
salinitas dan suhu air sungai terlampau jauh nilainya yaitu 0,91 dan 48,95.
Dalam nilai rata-rata pH dapat dilihat bahwa jarak nilai rata-rata air sungai
dan air kolam tidak terlampau jauh yaitu 1,27 dan 1,26, sedangkan untuk nilai
rata-rata air keran yaitu 1,78.
Data
yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa pada nilai rata-rata suhu dan pH memiliki
nilai yang tinggi meskipun ada yang sama dan berbeda, tetapi secara
keseluruhan, nilai suhu dan pH ada pada data melebihi nilai suhu dan pH air
pada umumnya yaitu 27-33oC untuk suhu dan 6-8 untuk pH.
3.2.4
Penyebab data yang tidak akurat
Hasil yang tidak akurat seperti suhu
yang terlalu tinggi dan pH yang terlalu tinggi tingkat keasamannya dikarenakan
penggunaan alat yang salah. Dimana sensor suhu, salinitas, dan pH digunakan
secara langsung dan bersamaan saat praktikum.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Nilai
rata-rata yang tidak terlampau jauh dari ketiga jenis air ini adalah
kejernihannya yaitu 1,64-1,65. Dalam nilai rata-rata salinitas dan suhu, dapat
dilihat bahwa nilai rata-rata air kolam dan air keran tidak terlampau jauh,
yaitu 1,31-1,33 untuk salinitas dan 106-109,5 untuk suhu. Meskipun jika
dibandingkan dengan nilai rata-rata salinitas dan suhu air sungai terlampau
jauh nilainya yaitu 0,91 dan 48,95. Dalam nilai rata-rata pH dapat dilihat
bahwa jarak nilai rata-rata air sungai dan air kolam tidak terlampau jauh yaitu
1,27 dan 1,26, sedangkan untuk nilai rata-rata air keran yaitu 1,78.
4.2
Saran
Saat praktikum, perhatikan penggunaan alat
yang benar agar data yang dihasilkan benar, serta praktikan harus lebih teliti
dalam pencatatan nilai dalam data pengamatan.
Daftar
Pustaka
Affandi. 2001. Fisiologi Hewan
Air. Unri, Press : Riau
Davis, C.C. 1955. The marine and fresh water palankton. Michigan state university-press, USA.
Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta
Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. Third edition. W. saunders. CO, Philadelphia.
Davis, C.C. 1955. The marine and fresh water palankton. Michigan state university-press, USA.
Gufhran dkk. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta
Nyebaken, JW. 1971. Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of ecology. Third edition. W. saunders. CO, Philadelphia.
Andrianto, Heri. 2008. pemrograman
mikrokontroler AVR ATMega 16 menggunakan bahasa C (Code Vision avR). Bandung :
Informatika.
Suyadhi, Taufik Dwi Septian. 2010. Buku
Pintar Robotika. Yogyakarta : Andi.
Putra, Agrianto EKO. 2010. Tip dan Trik
Mikrokontroler AT89 dan AVR tingkat Pemula Hingga Lanjtu. Yogyakarta : Gaya
Media.
Ryo, Jhon. 2010. Perancangan dan
Pembuatan Sound Activation. http://www.Jhtonryorobotich/robotic/soundactication.html.
Dedy Rusmadi (1995) Mengenal Komponen Elektronika. Bandung:
Pionir Jaya
Yeffri Handoko Putra.(2006).
Perangkat Pengaturan Elektronik. Bandung: Talita Khoum.
Jacob Millman.
Susanto.(1993). Mikroelektronika Sistem Digital Dan Analog. Jakarta:
Gelora Aksara Pratama
LAMPIRAN