Senin, 03 Oktober 2016

komunitas kompeten pemberdayaan masyarakat



KOMUNITAS KOMPETEN

1.Mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Fetterman, 2007).
Pembangunan masyarakat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengindentifikasikan kebutuhan dan masalah secara bersama (Raharjo, 2006).
Komunitas yang berkembang pasti mengalami suatu proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. (Arsyad, 2010) Salah satu cara untuk memperbaiki keadaan adalah dengan Identifikasi masalah. Identifikasi masalah yaitu merupakan salah satu cara bagaimana kita melihat, menduga, memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi masalah. Dengan mengidentifikasi diharapkan suatu masalah dapat terselesaikan dengan lebih cepat sehingga semua merasa ikut ambil bagian (Rusli dkk, 2006).
Masyarakat dalam hal ini adalah anggota masyarakat yang diorganisaikan menjadi suatu kelompok yang bersifat paguyuban (komunitas) yang saling mengenal, terikat oleh kepentingan dan tujuan yang sama, didudukan sebagai pelaku dan penentu program. (Raharjo, 2006)
2.Mampu mencapai kesempatan tentang sasaran yang dicapai dan skala prioritasnya
Kesepakatan adalah Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan kekuatan sosial yang mampu menimbulkan konformitas (Sinuraya, 2010).
Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan program dan kegiatan prioritas (Soetomo, 2009)
Dalam mencapai kesepakatan suatu hal tentu ada kesulitan. Peran pemimpin dalam komunitas diperlukan agar kesepakatan dapat ditemukan. Dalam mencari kesepakatan pemimpin dapat memulai musyawarah dengan anggota komunitasnya. Semua tujuan disatukan agar mendapat suatu kesepakatan (Widodo, 2015 )
Tentu tidaklah mudah untuk membuat sebuah komunikasi berjalan dengan menghasilkan kesepakatan secara utuh sesuai tujuannya. Karena, salah satu prinsip dalam berkomunikasi, yakni terdapatnya kesulitan-kesulitan pokok dalam mencapai tujuan. Kesulitan-kesulitan internal ini merupakan hal yang biasa dialami dialami oleh penyampai ide maupun penerimanya (Nawalah  et al, 2010 ).



3.Mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat mencapaisasaran yang telah disetujui bersama
Merumuskan tujuan dan sasaran merupakan rumusan kerangka fikir dan tindakan yang akan diambil oleh organisasi atau komunitas dalam suatu wilayah tertentu dalam menjawab isu-isu strategis. Sasaran  merupakan upaya perubahan perilaku yang diharapkan oleh suatu komunitas yang merujuk pada kerangka pembangunan yang lebih luas (Saharudin, 2006).
Suatu komunitas untuk mencapai sasaran yang diinginkannya maka dibutuhkan sebuah strategi atau metode untuk mencapainya. (Maryono, 2007)
      Suatu komunitas untuk mencapai sasaran yang diinginkannya maka dibutuhkan sebuah strategi atau metode untuk mencapainya. Strategi adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sasaran menjadi tujuan yang telah ditentukan. Dalam komunitas orang hidup dengan berasosiasi dengan satu sama lain. Perasaan asosiasi adalah perasaan manusia yang umum. Hal ini membantu dalam membangun perdamaian dan harmoni dalam masyarakat. (Maryono, 2007)
Konsep sasaran merupakan bagian dari penetapan target sasaran dan rencana terstruktur terkait dengan taktik yang diambil. Sasaran merupakan langkah-langkah kearah pencapaian tujuan (Sudewo, 2011).




4.Mampu bekerjasama rasional untuk bertindak mencapai tujuan
Komunitas harus memiliki suatu tujuan yang telah dimusyawarahkan dan telah disepakati oleh seluruh anggota. Ada berbagai macam tujuan seperti komunitas yang ingin mewujudkan tujuannya dengan cara bekerjasama dengan seluruh anggota yang ada didalamnya. Keberhasilan komunitas ditentukan besarnya kontribusi yang dilakukan oleh individu di dalamnya (Santoso,2010)
Suatu kelompok harus dapat saling membantu dalam  mencapai sebuah tujuan karena keberhasilan individu menjadi keberhasilan kelompok, atau sebaliknya, kegagalan individu merupakan kegagalan kelompoknya juga. Dan juga Suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya bekerjasama berdasarkan tujuan-tujuan yang sama, Model kerja sama dapat berbentuk mengerjakan tugas-tugas dari guru, sekolah atau memberikan motivasi (Batool, 2012).
Model kerjasama inilah yang akan membimbing anggota untuk mencapai tujuan bersama, dan untuk ini diperlukan dua tanda psikologis, yaitu rasa kepemilikan dan ketergantungan satu sama lain (Annawaty,2011).
Suatu komunitas, dalam anggotanya harus memiliki kemampuan atau kebebasan dalam berkehendak. Bebas menentukan kehendak adalah kekuatan seseorang untuk memilih atau tidak memilih kebaikan yang terbatas atau yang tidak terbatas (Ariestita, 2006).


EMPAT UNSUR DASAR PEMBANGUNAN KOMUNITAS MENURUT DUNHAM

1.Program berencana
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan masyarakat membutuhkan upaya untuk merubah atau memperbaikinya. Dengan demikian, program yang dirumuskan dan kemudian dilaksanakan pada dasarnya merupakan upaya menjawab kebutuhan pemecahan masalah ini (Burhanudin, 2013)
Perencanaan program merupakan bagian dari pengembangan swadaya masyarakat yang membahas dan memutuskan tentang tujuan, target, waktu, pembagian peran dan tanggungjawab, sumber dana, sistem monitoring dan evaluasi yang semua dipahami oleh anggota masyarakat. (Mardikanto,2010).
Perencanaan yang menyusun programprogram pembangunan atau industri-industri yang membangun kegiatan usahanya di suatu daerah harus melakukan analisis kebutuhan masyarakat. Dalam melakukan analisis kebutuhan harus benar-benar dapat memenuhi kebutuah (Needs Analisis), dan bukan sekedar membuat daftar keinginan (list of Wants) yang bersifat sesaat (Munandar, 2008).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. (Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2007)
2.Pembangkitan tekad masyarakat untuk menolong diri sendiri dan bergantung pada pihak lain
Menolong diri sendiri dapat dikatan dengan suatu kemandirian. Menurut Lamman (dalam Fatimah, 2006) menyatakan bahwa kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
Bagi objek atau sasaran pemberdayaan, sudah tentu mengalami kondisi yang berbeda dari masa sebelumnya, mungkin ada perbaikan besar yang dirasakan dalam relasi dengan sikap orang untuk mencari penghidupan yang layak dan selaras. (Widiyanti, 2012).
Perbaikan ini tentu didasari dengan tekad yang kuat dari diri mereka sendiri. Yakni untuk menolong dirinya sendiri sehingga tidak bergantung pada orang lain.( Sumarti dkk, 2006)
Penting ditekankan bahwa para pembina peran serta masyarakat harus bersifat sebagai fasilitator, pemberi bantuan teknis, bukan sebagai instruktur terhadap masyarakat, agar mampu mengembangkan kemandirian masyarakat dan bukan menimbulkan ketergantungan masyarakat (Efendi, 2009).
Untuk lebih fokusnya pemberdayaan yang dilakukan, secara ideal para pengembang masyarakat (fasilitator) harus memiliki kemampuan, wawasan serta pengalaman yang memadai sebagai fasilitator lapangan untuk program pemberdayaan masyarakat (Aziz Muslim, 2009)


3.Bantuan teknis (dari pihak lain ),termasuk personil,peralatan,dan dana
Pendekatan strategi pembangunan pada kemandirian masyarakat (self-help strategy) dapat dilakukan dengan pemberian bantuan yang berasal dari luar, baik yang bersifat teknis maupun keuangan tetap dimungkinkan, tetapi dengan jumlah yang terbatas (Thaha, 2012).
Dalam proses pembanguanan komunitas kata memimpin mengandung konotasi : “Menggerakkan, mengarahkan, membina, melindungi, memberi teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan dan sebagainya”. (Cook, 2006).
Sehingga pembanguanan dapat berjalan lancer dan berhasil. Bantuan dalam proses pembangunan dapat dengan perwujudan yang bermacam-macam (Aziz Muslim,2009)
Suatu pembangunan komunitas tak terlepas dari berbagai bantuan. Menerima bantuan teknis salah satu contohnya Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana (Suharto, 2009)



4.pemanduan berbagai keahlian untuk membantu komunitas
Dalam proses pembangunan, masyarakat diupayakan secara bersama-sama menggali keahlian masing-masing untuk memabantu proses pembangunan komunitas (Efendi, 2009).
Pembangunan masyarakat kerapkali dilakukan melalui pendekatan kelompok di mana anggota bekerjasama dan berbagi pengalaman dan pengetahuannya. Untuk pengembangan kelompok ada kegiatan-kegiatan khusus yang sedang dilaksanakan dan juga ada kegiatan lainnya (Halim, 2005).
Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll untuk membantu masyarakat (Efendi, 2009).
 Pelatihan harus dapat menjawab kebutuhan peserta sehingga nantinya akan bermanfaat untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia dalam kehidupan masyarakatnya (Yusuf,2010).
Perlu adanya partisipasi masyarakat agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pelatihan adalah prosessistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini (Rivai dan Sagala,2009:212)




DAFTAR PUSTAKA

Annawaty Herlina L. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Sebagai Upaya Menciptakan Pemukiman Yang Sehat Dan Nyaman Huni (Studi Di Kelurahan Notoprajan Ngampilan Yogyakarta). Jurnal Penelitian.  6 (4) : 42-49
Ariestita, Putu Gede. 2006. Teknik Analisis. Bahan Kuliah: Teknik Analisa Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Aziz Muslim. 2009. Metodologi Pengembangan Masyarakat.Yogyakarta:Penerbit Teras
Bahruddin, Krisdyatmiko, Danang Arif  D dan Soetomo. 2013. Indikator Proper Hijau Aspek Pengembangan Masyarakat (Community development). Deputi Pengendalian Dan Pencemaran Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia : 42
Batool, Abeha dan Bariha Batool. 2012. Effects of Employees Training on The Organization Competitive Advantage: Empirical Study of Private Sector of Islamabad, Pakistan. Jurnal Far fast jurnal of Psychology and Business. 6 (1).
Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2007.PNPM Mandiri Perdesaan, Departemen Dalam negeri. Jakarta.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Fetterman, David and Wandersman, Abraham. 2007. Empowerment Evaluation: Yesterday, Today, and Tomorrow. American Journal of Evaluation. 28: 179
Halim, A. 2005. Manajemen Pesantren. PT LKIS Pelangi Aksara.
Mardikanto, T. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan 1. UNS Press. Surakarta
Maryono, Agus. 2007. Naskah Akademik Perencanaan Penataan dan Pengaturan Daerah Sempadan (Draf). PT Cipta Ekapurna Enginnering Consultan. Yogyakarta.
Mukhlis dan Sri W. 2014.  Pemberdayaan Masyarakat Desa (Kpmd) Pada Program Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Peusangan. Jurnal Kebangsaan Universitas Almuslim 3 (6) : 1
Munandar, A. 2008. Peran Negara dalam Penguatan Program Pemberdayaan          Masyarakat. Jurnal Poelitik, 4(1), 151-161.
Nawalah Hoirun, Qomaruddin M.B. dan Rahmat Hargono. 2012. Desa Siaga: Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Melalui Peran Bidan di Desa. The Indonesian Journal of Public Health. 8 (3) : 91-98.
Raharjo Adisasmita. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yokyakarta:   Graha Ilmu.
Rivai, Veithzal & Sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Edisi Kedua, Jakarta. PT Rajagrafindo Persadra.
Rusli Said, Wahyuni Ekawati Sri, Sunito Melani A. 2006. Kependudukan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB.
Santoso Budi. 2010. Peer Konseler Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas Untuk Mencegah Resiko Penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK TJ Di Kelurahan Ratu Jaya Depok. Karya Ilmiah Akhir. Universitas Indonesia. Depok.
Sinuraya, Candra. 2010. Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Strategik Dalam Pencapaian Sasaran Strategik Jangka Panjang. Jurnal Bisnis & Akuntansi, Universitas Kristen Immanuel. IV (1): 1-37.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Merangkai Sebuah Kerangka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudewo, E. 2011. Character Building. Republika Penerbit. Jakarta
Suharto, E. 2009. Pendampingan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi Dan Strategi. Bandung : PT. Refika Aditama
Sumarti, Titik, Syaukat Yusman. 2006. Analisis Ekonomi Lokal, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Tahoba A. 2011. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dengan Kepuasan Publik Dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahaan Bp Lng Tangguh Dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Thaha, Rasyid. 2012.  Penataan Kelembagaan Pemerintahan Daerah. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan. 1 (3): 38-61.
Widiyanti, Sri. 2012. Pemberdayaan Masyarakat:Pendekatan Teoritis. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 1 (1)
Widodo, Teguh. 2015 . Pembangunan Endogen: Mengabaikan Peran Negara dalam Pembangunan. Yogyakarta: deepublish