|
2018
|
|
Mahasiswa KKN PPM Sunyalangu 2018 Universitas Jenderal Soedriman
|
Cara
budidaya ikan lele dengan sistem bioflok
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
|
|
A.
PENDAHULUAN
Ikan
lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang digemari masyarakat Indonesia.
Produksi ikan lele pada tahun 2014 sebesar 613.120 ton dan mengalami
peningkatan 12.75% dari tahun sebelumnya (KKP 2014). Berdasarkan data tersebut,
angka produksi nasional ikan lele terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan produksi budidaya lele dengan cara budidaya super intensif membawa
dampak negatif terhadap kualitas lingkungan budidaya yang kemudian dapat
berakibat bagi kesehatan ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh
limbah dari sisa pakan, feses dan sisa metabolisme ikan.
Teknologi bioflok adalah salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah budidaya. Bahkan
mampu memberi keuntungan lebih karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen
anorganik, juga dapat menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga
dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok merupakan
teknologi penggunaan bakteri baik heterotrof maupun autotrof yang dapat
mengonversi limbah organik secara intensif menjadi kumpulan mikroorganisme yang
berbentuk flok, kemudian dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan.
Di dalam flok terdapat beberapa organisme pembentuk seperti bakteri, plankton,
jamur, alga, dan partikelpartikel tersuspensi yang memengaruhi struktur dan
kandungan nutrisi bioflok, namun komunitas bakteri merupakan mikroorganisme
paling dominan dalam pembentukan flok dalam bioflok.
Pada sistem akuakultur dengan
teknologi bioflok, air media kultur hanya sekali dimasukkan dalam wadah, dan
digunakkan sampai panen. Penambahan air hanya untuk mengganti penguapan dan
pengontrolan kepadatan bioflok. Pengontrolan kualitas air terjadi dalam wadah
kultur itu sendiri, oleh sistem bioflok yang sudah berjalan dalam wadah kultur.
Sistem ini sangat murah, sederhana, ramah lingkungan dan memiliki produktifitas
yang sangat tinggi. Oleh karena itu, sistem kultur dengan teknologi bioflok
sangat penting untuk dipahami, didiskusikan, didiseminasikan untuk semua
pemangku kepentingan dalam bidang akuakultur.
B.
Materi
1.
Ikan
Lele (Clarias Batrachus)
Ikan
lele merupakan ikan yang pemasarannya luas, memiliki kemampuan adaptasi yang
tergolong baik, dan mampu hidup dengan kondisi perairan yang terbatas, Sebelum kita pelajari cara budidaya ikan lele sistem bioflok terlebih dahulu kita
simak syarat hidup ikan lele berikut ini :
- Ikan lele dapat hidup pada suhu
20° Celcius dengan suhu optimal antara 25° sampai 28° C. Adapun untuk
pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26° sampai 30°C dan untuk
pemijahan suhu berkisa 24 °- 28°C.
- Perairan tidak boleh tercemar
oleh bahan kimia limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak
dan bahan lainnya yang dapat mematikan ikan lele.
- Ikan lele dapat hidup dalam
perairan agak tenang dan kedalamannya cukup walaupun kondisi airnya buruk,
keruh, kotor dan hanya mengandung sedikit sekali zat O2 (oksigen)
- Perairan yang baik adalah
banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami
perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir
- Permukaan perairan tidak boleh
tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup (jangan menanam terlalu
banyak enceng gondok)
- Mempunyai tingkat pH 6.5-9 kesadahan (derajat
butiran kasar) maksimal 100ppm dan optimal 50 ppm, turbidity (kekeruhan)
bukan lumpur antara 30-60 cm, kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup
lebar dari 0.3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak, dan
kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157.56
mg/liter.
2.
Pengertian
Bioflok
Bioflok terdiri atas dua kata yaitu
bio (makhluk hidup) dan Flok ( gumpalan) sehingga bioflok adalah gumpalan
makhluk hidup yang nantinya dapat dimakan oleh ikan lele, dapat terbentuk jika
terdapat bakteri pembentuk bioflok, bakteri tersebut yaitu bakteri heterotrof.
Bakteri heterotrof dapat mengolah limbah menjadi bioflok apabila nilai rasio
C/N lebih dari 15. Pembuatan bioflok diperlukan penambahan probiotik. Probiotik
adalah mikroorganisme hidup non patogen yang diberikan pada hewan untuk
perbaikan laju pertumbuhan, efisiensi konsumsi ransum, dan kesehatan. Probiotik
bentuk pakan tambahan berupa sel mikroba hidup yang menguntungkan bagi hewan
inangnya melalui cara menyeimbangkan kondisi mikrobiologis hewan. Probiotik
sering dipakai pada bidang perikanan dalam pakan dan campuran media air. Dalam
pakan digunakan dengan cara pencampuran bahan pakan dengan probiotik.
3.
Bagaimana
terbentuknya BIOFLOK di dalam air?
Proses ini dimulai dari proses
nitrifikasi yang reaksinya adalah amonia plus oksigen menjadi ion nitrit dan
akhirnya nitrat dan air, pada reaksi ini terdapat campur tangan bakteri
oksidasi amonia dan bakteri oksidasi nitrit, artinya semua proses ini memerlukan
oksigen yang cukup tinggi yaitu 4 ppm pada siang hari dan 6 ppm pada malam
hari. Mikroorganisme seperti bakteri dengan kemampuann lisis bahan organic
memanfaatkan detritus sebagai makanan. Sel bakteri mensekresi lendir metabolit
, biopolymer (polisakarida , peptida, dan lipid) atau senyawa kombinasi dan
terakumulasi di sekitar dinding sel serta detritus. Kesalingtertarikan antar
dinding sel bakteri menyebabkan munculnya flog bakteri.
Penggunaan BIOFLOK dalam budidaya
ikan lele kita ketahui dengan sifat nafsu makan yang tinggi dan usus pendek
dari ikan lele menyebabkan ikan lele mudah lapar namun cepat menyebabkan
akumulasi kotoran menumpuk. Tehnik Biofloc pada intinya mereduksi bahan-bahan
organik dan senyawa beracun yang terakumulasi dalam air pemeliharaan ikan.
Dengan sistem self-purifikasi didapat hasil akhir meningkatkan effisiensi
pemanfaatan pakan dan peningkatan kualitas air. Hasilnya adalah :
1. Pakan ikan lele akan lebih effisien
2. Kecepatan pertumbuhan ikan yang lebih optimal
dengan masa waktu panen yang lebih singkat.
3. Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3.
3. Padat tebar per meter3 yang lebih tinggi kisaran 500 benih-1000 benih/m3.
4. Ikan sehat dan gesit serta mengurangi penyakit
pada ikan.
4.
Persyaratan
Kolam Bioflok
Persyaratan yang diperlukkan untuk pembuatan kolam
bioflok yaitu :
1. Membutuhkan probiotik pembentuk floc. Dengan menggunakan bakteri Bacillus sp seperti Bacillus
Substilis, Bacillus cereus. Probiotik bisa dibeli dipasaran dengan harga
yang murah dan bisa diperbanyak dengan molase supaya lebih hemat.
2. Membutuhkan oksigen yang tinggi didalam kolam
kisaran 4 ppm-6 ppm..
3. Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.
3. Penambahan bahan baku stater yang mengandung karbon seperti molase, tepung tapioka, tepung terigu, bekatul atau gula.
4. Kondisi lingkungan air kolam dibuat selalu
mengaduk dengan bantuan semburan air atau aerator.
5.
Ciri-Ciri
Air Kolam Yang Terbentuk Sistem Bioflok
1. Warna air kolam coklat kekuningan semakin lama
akan coklat kemerahan.
2. Air kolam tidak berbau.
3. Air kolam lebih encer dan tidak kental.
4. Jika diambil sampel airnya didiamkan beberapa
menit, terdapat endapan coklat kehijauan yang melayang-layang didalam air.
5. Ikan lele sehat dan gesit.
6.
Langkah-langkah
Budidaya ikan Lele dengan sistem Bioflok
1.
Persiapan Alat dan
bahan
Alat yang digunakan untuk budidaya ikan lele dengan sistem bioflok sebagai
berikut :
- Bambu, besi, atau batako untuk kerangka/dinding
kolam.
- Terpal
- Aerator
- Probiotik
- Kapur dolomit
- Molase/ air gula merah
- Asbes atau Plastik untuk atap
- Ragi tempe dan ragi tape
- Benih
- pellet
2.
Pembuatan Kolam
Dalam pembuatan kolam budidaya
lele sistem bioflok, bahan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan sistem
budidaya konvensional. Hanya bedanya kalau sistem konvensional kolam berbentuk
persegi, sedangkan dalam sistem bioflok digunakan kolam berbentuk
bundar. Untuk menghemat biaya, kolam sebaiknya dibuat dengan menggunakan
terpal. Sedangkan rangka atau dindingnya bisa dibuat dengan rangka bambu, besi
atau menggunakan batako.
3.
Persiapan kolam
Sebelum melakukan kegiatan budidaya, ada baiknya dilakukan persiapan
wadah budidaya terlebih dahulu. Persiapan ini bertujuan untuk mengkondisikan
bak agar dapat dipakai secara efisien serta memenuhi persyaratan lingkungan
yang optimal bagi budidaya ikan, sehingga ikan dapat hidup dengan pertumbuhan
yang optimal. Persiapan bak budidaya ikan antara lain meliputi :
a. Sanitasi Wadah
Wadah yang akan
dipakai untuk budidaya ikan sebelum digunakan terlebih dahulu harus dibersihkan
dari kotoran yang menempel, hal ini agar bak tidak ada sisa-sisa kotoran yang
bisa mengakibatkan penyakit pada ikan. Bahan yang dipakai untuk membersihkan
wadah adalah desinfektan yang antara lain yaitu Chlorin 200 ppm, Formalin 25
ppm, Malachte green 00 ppm, dan alkohol 70%. Wadah yang akan digunakan sesudah
disikat, dibersihkan dan diberi desinfektan kemudian harus dibersihkan lagi.
Lalu sesudah dilakukan sanitasi maka harus diisi dengan air untuk memeriksa ada
tidaknya kebocoran wadah.
b. Perbaikan Wadah
Pemeriksaan
pada wadah sebelum digunakan untuk budidaya ikan ini bertujuan untuk mengetahui
apakah wadah yang akan dipakai mengalami kerusakan baik itu karena kebocoran
dasar dan dinding bak ataupun karena ada kebocoran pada pipa pemasukan dan
pengeluaran air. Bahan untuk memperbaiki kebocoran pada bak bisa berupa resin
serat kaca, semen, lem khusus dan selotip tahan air. Setelah
kerusakan-kerusakan yang ada diperbaiki maka bak harus dibiarkan beberapa hari
supaya bahan untuk memperbaiki kerusakan tersebut sudah kering dan tidak
membahayakan ikan yang nantinya akan dibudidaya didalam bak tersebut.
c. Perbaikan Instalasi Udara
Pada wadah
budidaya ikan yang mempergunakan kolam biasanya akan memakai alat bantu untuk
meningkatkan kelarutan oksigen didalam wadah tersebut dsedngan menggunakan aerator
maupun blower. Instalasi udara terdiri atas pompa udara, pipa penyalur,
penyaring udara, alat pengatur banyaknya aliran udara (kran) dan batu aerasi.
Peralatan tersebut biasanya sering mengalami kebocoran pada pipa dan adanya
penyumbatan pada batu aerasi. Pompa udara adalah alat yang paling penting dalam
proses budidaya ikan yang memakai bak sebagai tempat budidaya hal ini karena
banyaknya pengudaaraan pada airr dalam media tergantung dari kekuatan pompa
tersebut.
d. Perbaikan instalasi Air
Pada budidaya
ikan yang memakai kolam pada bak pintu pemasukan air adalah kran air yang
dimasukan kedalam bak budidaya ikan. Sumber air yang dipakai bisa berasal dari
mata air ataupun sumur yang dipompa ke dalam bak melalui pipa-pipa pengaturan.
Kebosoran sering kali terjadi pada keran pengaturan aliran dan pipa penyalur
air. Pipa pengeluaran biasanya pipa yang terbuat dari pipa PVC yang terbentuk L
ataupun lurus. Pintu pengeluaran air harus selalu diperiksa apakah terjadi
pengeluaran tersebut ada penyumbatan pada saluran pembuangannya atau tidak.
e. Persiapan Kolam dan Media
Pemeliharaan
Setelah kolam
lolos tes kebocoran, bersihkan kolam terpal dan dikeringkan. Setelah itu isi
kembali dengan air sekitar seperempat bagian, kemudian diberi PK dan kemudian
garam sebanyak 1kg/m3 di diamkan selama satu hari. Setelah itu kolam
dikeringkan dan dibersihkan kembali. Isi air setinggi sekitar kurang lebih 40
cm. Setelah itu masukkan kapur sebanyak 200g dan diamkan selama satu malam.
Setelah itu masukkan probiotik EM4 sebanyak 50 mL/m3 dan molase 50 mL dan
diamkan selama 3 hari, sambil di aerasi. Tebar benih ikan kedalam kolam
sebanyak 500 ikan.
f. Penebaran benih
Seleksi benih
(benih yang ditebar harus sehat dan berbadan lengkap). Benih ikan lele yang
sudah dipilih di masukan kedalam ember secara hati-hati agar ikan tidak stres.
Sebelum ikan dimasukan atau di tebar kedalam kolam, ikan terlebih dahulu di
sampling terlebih dahulu supaya dapat mengetahui dosis pemberian pakanya (FCR).
Sampling dilakukan sebanyak 10% dari jumlah total ikan yang di tebar. Sampling
yang dilakukan meliputi pengukuran panjang dan bobot ikan. Ikan dimasukkan
kedalam kolam budidaya secara perlahan dengan kepadatan 500 ekor/kolam.
g. Pemberian pakan benih
Dalam pemberian
pakan lele perlu menghitung berat total ikan Lele agar sesuai dengan kebutuhan
konsumsi ikan. Kesesuaian ini pemberian pakan agar tidak ada sisa makan yang
terendapkan yang nantinya menyebabkan penyakit.. caranya Timbang pakan sebanyak
5% dari bobot total untuk kebutuhan setiap hari. Puasakan ikan selama dua hari.
Pemberian pakan ikan dilakukan selam 2 kali sehari pagi dan sore hari. Pada
minggu ke 2 dilakukan sampling ikan dengan mengukur berat dan jumlah ikan.
h. Manajemen kualitas air dan kesehatan
ikan
Pemantauan
kulitas air meliputi suhu dan ph. Pengukuran suhu menggunakan termometer dan pH
dengan pH meter. Untuk melihat kesehatan ikan, Pertama-tama dilihat terlebih
dahulu tingkah laku ikan pada waktu pagi dan sore hari bersamaan dengan
pemberian pakan. Kemudian bersamaan dengan peberian pakan tersebut, dilihat
aktifitas makan dari ikan tersebut. Selanjutnya diamati ada atau tidaknya
infeksi penyakit seperti jamur.
i.
Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemanenan:
Ø Lele
dipanen pada umur 3 (tiga) bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 70-100 gram/ekor.
Ø
Sebelum pemanenan
dilakukan ikan lele selama 1-2 hari tanpa diberi makan untuk menghindari
penumpukan amonia pada perairan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser
halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen lele tersebut di
taruh dalam tong/bak/hapa
Ø
Lakukanlah
penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
- Paska Panen
Setelah ikan lele
dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
Ø
Kolam
dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200
gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
Ø
Penyiraman
dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalium (PK)
dengan cara yang sama.
Ø
Kolam
dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari
langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.
k. Hama
Dan Penyakit
Hama
pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan
lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
gabus dan belut. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang
sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif
tidak banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh
organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil.
Penyakit
karena bakteri Aeromonas hydrophilla
dan Pseudomonas hydrophylla. Bentuk
bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung
batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5
mikron. Gejala: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan,
bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian:
memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine
dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2)
Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.
Ø
Penyakit
Tuberculosis
Penyebab: bakteri
Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak
(karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di
permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut
dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg
ikan/hari selama 5–15 hari.
Ø Penyakit
karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada
jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala: ikan
ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan
yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh
lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti
kapas. Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte
Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green
Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.
Ø Penyakit
Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata,
bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda,
disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat
lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna
putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh
pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan
kuantitasnya. Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada
campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1
gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan
diulang setelah 3 hari.
Ø Penyakit
Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan
Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing
Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi
luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian: (1) direndam Formalin 250 cc/m 3 air selama 15 menit; (2)
Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan
Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ± 30 menit; (4) memakai larutan NaCl
2% selama ± 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ± 10
menit.
Ø Parasit
Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing
berwarna merah kecoklatan. Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap
oleh parasit, sehingga
menyebabkan
anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat
tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama
Kolam
Apabila lele
menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian
kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
Ø
Bila
suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang
suhunya lebih dingin.
Ø
Bila pH terlalu rendah,
diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
Ø
Bila kandungan gas-gas
beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
Ø
Bila makanan kurang,
harus ditambah dosis makanannya.
C. PENUTUP
Diharapkan dengan
adanya Modul ini tentang budidaya lele dengan sistem biofloc Masyarakat lebih
mudah dalam budidaya ikan lele dan dapat menjadi untuk budidaya lele ini bisa membantu para petani lele
untuk meningkatkan produksinya dan bisa mengurangi biaya untuk pakan sehingga
para petani lele bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar saat panen dan
juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar